I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gambaran
gejala penyakit tumbuhan yang ditemui petanitanaman
individual dapat menunjukkan gejala; perubahan warna, perubahan bentuk,
kelayuan dan pertanaman dapat menunjukkan kelompok gejala yang membentuk
gambaran penyakit atau symptom. Untuk mengenal gejala dan menggambarkannya
dilakukan di lapangan dan laboratorium. Penyakit disebabkan oleh penyebab
biotik dan abiotik. Penyebab penyakit abiotik disebut fisiopath, sedang
penyebab penyakit yang biotic disebut pathogen. Infeksi yang dimulai di tempat
masuknya pathogen disebut infeksi setempat, kemudian melalui plasmodesmata atau
langsung secara perlahan-lahan menyebar ke sel-sel sekelilingnya. Gejala lokal
tampat pada tempat masuknya pathogen sedang gejala sistemik tampak setelah
pathogen menyebar melalui seluruh sistem inang dan infeksi menjadi sistemik.
Disamping gejala dikenal tanda (sign) penyakit yang menyertai gejala. Tanda
penyakit yang disebabkan oleh jamur ialah miselium, spora, konidium, sklerotium
atau badan buah; sedang yang disebabkan oleh bakteri terdapatnya lender
bakteri, dan yang disebabkan oleh virus atau mikoplasma adalah berupa partikel
virus dan badan mikoplasma yang pleomorfik di dalam jaringan atau sel yang
sakit. Gejala morphologi penyakit tumbuhan dibedakan atas tiga pokok yaitu
yaitu; nekrosis (matinya sel, jaringan atau seluruh organ), hipoplasia
(terjadinya hambatan pertumbuhan -underdevelopment) dan hiperplasia (terjadinya
pertumbuhan yang luar biasa - overdevelopment)(Setiadi, 2000).
Gambaran
mengatahui bagaimana ciri-ciri gejala penyakit tumbuhan berbagai
penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong,
penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.Penyebabnya
berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur.
Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit
tersebut (Pracaya, 2003).
Manfaat
mempelajari penyakit tumbuhan adalah pengetahuan
tentang berbagai jenis penyakit pada tanaman perkebunan mutlak diperlukan agar
tanaman perkebunan disekitar kita dapat meningkatkan hasil produksi dan
penyakit-penyakitnya dapat dikendalikan.
1.2 Tujan Praktikum
a. Agar mahasiswa dapat mengenal dan
membedakan gejala penyakit tanaman.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penyakit Tumbuhan dan Konsep Timbulnya Penyakit

Konsep timbulnya
penyakit diawali dengan menunjuk patogen sebagai penyebab penyakit utama, yang
selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya
penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang,
pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa
factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali
sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang. Bahwa dalam
berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga
penyakit (disease triangle) seperti antara lain dikemukan oleh blanchard dan
tattar (1981). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan
lingkungan. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa
manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia
dapat memberikan pengaruh terhadap patogen dan tanaman inang itu sendiri serta
kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi
empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah
satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit (Agrios, 1996).

2.2
Gejala Penyakit Tumbuhan
Gejala penyakit tumbuhan adalah mempelajari ilmu
penyakit tumbuhan sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu
penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang
dihadapi sehat ataukah sakit.Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang
tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik. Pada umumnya tanaman yang sakit
akan menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan
oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab
penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama
sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis
dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari
penyebab penyakitnya. Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital,
sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.TipeNekrotis
:Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
adanya kerusakan pada sel atau matinya sel, TipeHypoplastis :Gejalanya disebut
hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau
terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment), Tipe Hyperplastis :Gejalanya
disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan
sel yang melebihi biasa (overdevelopment) (Gardner, 1991).
2.3
Penggolongan Penyakit Tumbuhan
Penggolongan penyakit tumbuhan dibedakan
menjadi dua golongan yaitu yang disebabkan oleh factor abiotik dan factor
biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat
ditularkan antar tanaman satu dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik
juga disebut sebagai penyakit noninfeksius. Agen penyebab penyakit abiotik juga
dibagi menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :a.Suhu
tinggi; b. Suhu rendah; c. Kadar oksigen yang tak sesuai; d. Kelembaban udara
yang tak sesuai; e. Keracunan mineral; f. Kekurangan mineral; g. Senyawa kimia
alamiah beracun; h. Senyawa kimia pestisida; i. Polutan udara beracun; j. Hujan
es dan angin. Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
suatu organisme infeksius bukan binatang sehingga dapat ditularkan dari satu
tanaman ke tanaman yang lainnya. Agen-agen biotic atau patogen-patogen tanaman
meliputi organisme-organisme sebagai berikut : a. Jamur (Fungi), Jamur
merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof,
tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya
terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman
bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara
vegetatif ada pula dengan cara generative; b. Bakteri merupakan organisme yang
paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang
lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan
dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada
pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan
mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot
serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis) ;c. Virus,
Ilmu tentang virus disebut virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua
virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah
mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). Virus merupakan
kesatuan ultramikroskopik yang terdiri dari satu atau dua bentuk asam nukleat
yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks (coat protein atau kapsid) ; d. Tumbuhan
parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan
sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan
inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energy (Salisbury,
1992).
III.
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi
pengenalan gejala penyakit tumbuhan. Dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 april 2016 pukul 15.00-Selesai WIB. Bertempat
di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Palangka Raya.
3.2 Alatdan
Bahan
Alat yang digunakan adalah mikroskop,loupe, objek glass,
cover glass, jarum pentul dan silet.Sedangkan bahan yang digunakan adalah
bagian tanaman yang bergejala, alkohol, aquadest, kapas, kertas tissue.
3.3 Cara Kerja
Praktikum
dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi pengenalan gejala penyakit
tumbuhan tahap kegiatan adalah :
a. Mengamati gejala penyakit kemudian
menggambarkannya, dengan ciri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala
tersebut.
b. Mengamati
secara mikroskopis disebabkan penyakit berdasarkan tanda yang tampak dan
menggambarkan serta bagian-bagiannya.

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil
pengamatan pengenalan gejala penyakit tumbuhan
No
|
Nama/bagian
tanaman yang diamati
|
Gejala yang
diamati
|
Tipe gejala
|
Nama penyakit
|
Penyebab penyakit
|
1
|
Kudis pada Ubi
Jalar(Ipomoea batatas).
|
-Busuk kering
-Spora berwarna
kuning
-Buah mengkerut
|
Hiperplastis
|
Kudis (SCAB)
|
Elsinoe batatas
|
2
|
Cabe busuk kering(Capsicum annum).
|
-Bintik-bintik
hitam pada buah
-Bercak hitam
yang besar
-Tampak busuk
kering
|
Nekrotis
|
Busuk kering
|
Colletotrichum capsici
|
3
|
Busuk basah pada
wortel(Daucus carota).
|
Busuk basah
berair dan berbau
|
Nekrotis
|
Busuk basah
|
Erwinia carotavora
|
4
|
Kerdil pada
jagung(Zea mays).
|
Kerdil, daun
menguning, diameter batang kecil, bercak pada daun.
|
Hipoplastis
|
Hambatan pada
tubuhan (kerdil)
|
Mazie dwarf mosaic virus
|
5
|
Bercak pada daun
mangga (Mangifera
indica).
|
Bercak-bercak
coklat
|
Nekrotis
|
Nekrotis (spot)
|
Capmodium mangiferum
|
6
|
Kudis pada daun
jambu (Syzygum
malaceense).
|
Kudis
bercak-bercak menonjol
|
Nekrotis
|
Kudis
|
Cephaleueos virescents
|
7
|
Menggulung dan
megkriting pada pepaya(Carica papaya).
|
Keriting,
menggulung, menguning
|
Hiperplastis
|
Mengeriting
|
Virus pepaya ringspot
|
8
|
Puru pada sawo(Achras zapota).
|
Tonjolan-tonjolan
pada batang sawo
|
Hiperplastis
|
Puru
|
Agrobacterium tumefacient
|
![]() |
4.2
Pembahasan
4.2.1
Kudis
Pada Ubi Jalar (Ipomoea batatas)



Gambar 4.
Kudis pada ubi jalar Gambar
5. Mikroskopis
(Sumber :
Dokumentasi pribadi) (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Siklus hihupnya dengan pembiakan sel dengan
cara pembelahan ini kecepatannya ditentukan oleh waktu generasi cepat, lambat,
lambat sekali. Misal: bakteri E.Coli paling cepat 15-20 menit. Waktu generasi
untuk setiap spesies bakteri tidak sama.Pada umumnya perkembangan bakteri melalui/dalam
bentuk spora. Endospora dibentuk pada beberapa spesies dan pada eubakteries.
Berbeda dengan jamur yang dibentuk di luar sel, disebut dengan eksospora.Pada ubi jalar yang diamati terdapat
lubang-lubang kecil dan bercak kasar dan pecah.
Tipe gejala ini termasuk pada hiperplastis dengan nama
penyakit kudis (scab) yang disebabkan oleh bakteri. Adapun cara pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pergiliran tanaman untuk memutus
siklus hidup penyakit dan menanam ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis.
Pengendalian
kudis pada ubi jalar dapat dilakukan dengan cara menanam varietas tanaman ubi
jalar yang tahan terhadap penyakit, melakukan pergiliran tanaman dan melakukan
perbanyakan bibit, menanam ubi jalar dengan stek yang terbebas dari penyakit,
serta memotong tanaman yang sakit dan membakarnya.
4.2.2
CabeBusuk Kering (Capsicum
annum)


Gambar 6.
Cabe Busuk Kering Gambar
7. Mikroskopis
(Sumber:
Dokumentasi pribadi) (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Daur hidup :Jamur pada buah
masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai
yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak
dapat menginfeksi buah – buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman
yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai
terbentuknya buah hijau.
Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa – sisa tanaman sakit.
Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi C.capsici hanya
terjadi melalui luka – luka.Morfologi cabe busuk yaitu cabe berwarna coklat atau
kehitaman pada bagian yang busuk dan gejala serangan yang terjadi pada Cabe
berupa busuk kering.
Gejala tersebut tergolong dalam tipe Nekrosis. Penyakit ini bernama busuk kering yang
disebabkan oleh Cendawan. Cara pengendalian penyakit cendawan yaitu :Tindakan
pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun
terutama pada musim hujan. Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan
membakar buah yang terserang.Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau
Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval
waktu 2 minggu sekali.Pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan
melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
Pengendalian penyakit
busuk kering pada cabe yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici adalah 1) dengan melakukan prendaman
biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau
perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin
(0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati; Penyiraman fungisida
atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam; 2) Memusnahkan
bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan
pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh)
luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya
dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan
dengan tanaman/buah yang masih sehat; Penggunaan fungisida fenarimol, triazole,
klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat
curah hujan cukup tinggi; 3) Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu
penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida
sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya; 4) Menggunakan jarak
tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam
secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara
cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah
akan tumbuh lebih besar. 5) Dengan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi,
misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
4.2.3 Busuk Basah Pada Wortel (Daucus
carota).


Gambar
8.busuk basah pada wartel Gambar 9.
Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Daur hidup
bakteri Erwinia carotovora adalah sebagai berikut: Pada saat tanaman
terluka, nematoda dan hewan lainnya dapat masuk melalui lubang alami dan
membawa bakteri Erwinia carotovora tersebut ke dalam jaringan yang terluka
kemudian berkembang dalam ruang antar sel serta menghasilkan enzim pektolitik
yang dapat mencerna jaringan tanaman inang. Akibatnya tanaman inang akan
mengalami penurunan dan lama – kelamaan akan mengalami pembusukan. Morfologi wortel busuk yaitu Pada
bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan
mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman.
Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau
kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit
terjadipembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Gejala serangan yang terjadi pada wortel busuk berupa busuk
basah. Mempunyai ciri-ciri berbau busuk, berwarna coklat atau kehitaman pada
bagian yang busuk, dan aroma yang tidak sedap. Gejala tersebut tergolong dalam
tipe Nekrosis. Peyakit ini disebabkan oleh Erwinia carotavora.Cara
pengendalian penyakit Erwinia carotavora yaitu:Sanitasi, menjaga kebersihan
kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman.Menanam dengan jarak yang
tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembabanyang terlalu tinggi, terutama
di musim hujan.Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin
menghindariterjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu
menyerang.Pengendalian pasca panen dilakukan dengan mencuci tanaman dengan air
yang mengandung chlorin dan mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan
dan pengangkutan.Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit kerdil pada jagung (Ptyvirus),
gejala yang tampak pada tanaman jagung adalah pada daun jagung yang
terkena virus terdapat garis kuning muda putus-putus di seluruh permukaannya,
batang menguning dan kecil diametenya, pertumbuhan yang terserang virus
terhambat (kerdil) dan apabila tanaman jagung sampai berbuah, tongkol jagungnya
berukuran kecil. Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala hipoplastis
yang disebabkan oleh Potyvirus. Menurut Pulungan (2012), gejala pada
kerdi tanaman jagung merupakan penyakit virus mosaik kerdil jagung (Maize Dwarf
Mosaic Virus = MDMV) gejala jelas tampak pada daun muda, terutama pada daun
yang baru membuka sebagian, berupa mosaik atau adanya warna-warna hijau muda
dan tua. Warna hijau muda atau kekuning-kuningan biasanya memanjang sejajar
dengan tulang daun. Tanaman terinfeksi sedikit mengalami hambatan pertumbuhan
(stunting) dan ukuran tongkol serta jumlah biji berkurang. Gejala yang semula
jelas pada daun muda, dapat menjadi tidak jelas setelah daun menjadi lebih tua
terutama pada suhu tinggi. Gejala dapat mulai tampak pada umur tanaman 15 hari
setelah berkecambah.Morfologi dari virus potyvirus berupa partikel virus
penyebab penyakit mosaik kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang
berukuran 12-15 x 750 cm, Daur hidup dari golongan potyvirus adalah
Virus ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten.
Lebih dari 20 spesies aphis dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum
maydis (Fitch), kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis
persik hijau, Myzus percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan
menularkan MDMV. Biji dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun
dengan intensitas yang sangat rendah 0,05%.Pengendalian penyakit dengan
melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil
dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan
dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.
Pengendalian
yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit
busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman
dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman
dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang
tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat
pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci
wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks,
mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan
dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup, sejuk
dan difumigasinya sebelumnya.
4.2.4 Kerdil Pada Tanaman Jagung (Zea mays).


Gambar 10.
Kerdil pada tanaman jagung Gambar
11. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Daur
hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis
oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat
memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch),
kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus
percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji
dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang
sangat rendah 0,05%.
pada tanaman jagung yang diamati terlihat bahwa daun berwarna kuning pada
bagian-bagian tertentu, dan terdapat bercak pada alur-alurnya.
Tipe gejala ini termasuk pada hipoplasia dengan nama
penyakit mozaik. Sedangkan pada batang ukurannya lebih kecil dari tanaman
jagung normal lainnya. Adapun nama penyakit ini disebut kerdil (otropi) yang
disebabkan oleh virus tungro. Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin
agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman
yang akan datang, mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus
menerus di lahan yang sama, tidak menggunakan benih yang berasal dari tanaman
yang terinfeksi virus.
Pengendalian
penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang
penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian,
kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.
4.2.5 Bercak pada daun mangga (Mangifera indica).


Gambar 12.
Bercak pada daun mangga Gambar
13. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Daur
hidup dari bakteri Xanthomonas camperis
adalah sebagai patogen penyebab penyakit blight pada daun mangga merupakan
parasit obligatmerupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja,
serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian
tumbuhan.
Gejala
pada daun mangga yang diamati adalah bercak dengan warna coklat hingga
kehitaman dengan batas warna yang jelas. Tipe gejala ini termasuk pada nekrosis
dengan nama penyakit blight yang disebabkan oleh virus. Pengendalian penyakit
blight yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
camperis, adalah 1) Masa pratanaman, dengan sanitasi tanaman inang dan
pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras; 2) Persemaian, dengan penggunaan
benih sehat, sanitasi inang pada saluran irigasi, dan hindari penggenangan
terlalu dalam; 3) Tanaman muda, dengan pemupukan berimbang sesuai anjuran
setempat, Sanitasi rerumputan sumber pathogen, pengeringan lahan secara
berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, dan terutama pada daerah endemik serangan
penyakit; 4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman yang sakit dan
membakarnya.
Pengendalian bercak pada daun mangga dapat dilakukan
dengan cara pengumpulan daun-daun sakit yang telah gugur kemudian
dibakar dan penggunaan fungisida.


Gambar 14. Kudis pada daun jambu Gambar 15. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Siklus hidupnya lalat kecil berwarna hitam, panjang
tubuhnya sekitar 3 mm, mempunyai gerakan yang lincah dan refleksi kuat.
berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi,
mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur
dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali
bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir. Warna telur
kuning muda, berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi
larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Daun yang
terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun
tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. Setiap bintil hanya
terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan
cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah, dan
masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari, yang
berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang
nantinya akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari dan
virus woody gell berbentuk bulat berukuran 20 nm, namun sering ditemukan
berukuran 20 x 30 mm. Strain dari virus ini telah diketahui dari perbedaan
spesies inangnya. Daur hidup dari Procontarinia matteiana penyebab
bintil daun jambu agung adalah pada kondisi daun-daun kering dengan berbagai
tumpukan-tumpukan seresah daun yang terserang, sedangkan virus woody gell hidup
pada bintil yang dibawa oleh latat Procontarinia matteiana kemudian
akan terus menyerang ke jaringan tumbuhan khususnya pada bagian tulang-tulang
daun.
Morfologi daun jambu agung yaituterdapat bercak-bercak
kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang agak pecah-pecah. Dibagian tersebut
terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel daun. Kadang-kadang berombak dan bentuknya
seperti krupuk, sehingga gejala ini disebut juga kerupuk.Gejala serangan yang
terjadi pada daun jambu agung berupa bintil-bintil pada daun. Gejala
tersebut tergolong dalam tipe Hiperplasia. Peyakit ini disebut Kudis yang
disebabkan oleh virus.Cara pengendalian penyakit kudis yaitu:Penanaman
varietas tahan, Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan
sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan, Mengatur
saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman yang
tepat pada jenis jeruk tertentu.
Pengendalian penyakit
bintil daun jambu agung yang disebabkan oleh Procontarinia matteiana
dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: a). Pucuk tanaman yang
sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur
mati; b). Tanaman disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke
jaringan daun, misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC dan dapat
menggunakan insektisida sistemik yaitu teknik 10G, Curater 3G, dan furadan 3G.
Insektisida ini dimasukkan ke dalam tanah di dekat akar agar bisa dihisap akar
untuk diedarkan ke daun. Jika larva menghisap cairan daun, tentu akan mati
keracunan; c). Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang
memuaskan karena tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu; d).
Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali
dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk
mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi

\

Gambar 16. Daun pepaya keriting Gambar
17. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Siklus hidup Cendawan
Cladosporium cladosporioides.
Morfologi dari cendawan Cladosporium
cladosporioides termasuk ke dalam organisme heterotrofik dan stermasuk
eukariota multiseluler, memperoleh nutrisi dari senyawa organik yang terdapat
pada daun papaya.
Gejala yang tampak
pada daun pepaya terlihat keriting atau menggulung dan kerdil. Gejala ini
merupakan salah satu gejala hiperplastis jenis mengeriting yang disebabkan oleh
virus. Beberapa upaya penanganan virus ini dapat dilakukan dengan membersihkan
gulma yang berpotensi menjadi inang virus, mengendalikan hama/serangga penular
virus, dan membuang atau membakar daun pepaya yang terserang virus.
Pengendalian
penyakit keriting pada daun papaya yang disebabkan oleh cendawan Clasdosporium clasdosporioides adalah 1)
eradikasi, dengan pemusnahan inang, memperbaiki kondisi tumbuh tanaman: 2)
Proteksi, dengan penyemprotan fungisida; 3) Sanitasi lingkungan, dengan
memotong bagian tanaman kemudian membakar (sisa tanaman) yang terinfeksi
disekitarnya.
4.2.8
Puru Pada Sawo (Achras
zapota).


Gambar 18.
Puru pada batang sawo Gambar
: 19. Mikroskopis
(Sumber :
Dokumentasi pribadi) (Sumber : Google)
Siklus hidup Agrobacterium
adalah suatu margabakteriGram-negatif
yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil
akar. Marga ini diperkenalkan oleh H.
J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor pada jaringan tumbuhan dengan
cara transfer gen hirozontal. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0.6-1.0 µm sampai 1.5-3.0
µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan
bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1-6 flagela peritrichous
serta merupakan bakteri tak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini
adalah 25-28◦C.
Morfologi puru sawo yaitu terdapat bengkak menonjol pada
bagian tanaman yang terdapat parasit dan terdapat bengkak menonjol pada bagian
tanaman yang terdapat parasit.Gejala serangan yang terjadi pada batang
sawo berupa batang membengkak. Gejala tersebut tergolong dalam tipe
Hiperplasia. Peyakit ini disebut Puru sawo yang disebabkan oleh Agrobacterium.Cara
pengendaliannya:Ada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara
menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Berkas luka gosokan
diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum.Penyemprotan dengan fungisida
yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4
gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan
lagi.Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai
stadium bongkol, corticium, atau necator.
Pengendalian
penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang
puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang
terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran
dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau
disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan
puru sebesar 96,67%.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Gejala
nekrotis terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan
kematian sel. Gejala Nekrotis dibagi kedalam beberapa gejala seperti: nekrosis,
hidrosis, klorosis, layu, gosong, mati ujung, busuk, rebah semai jamur. Gejala
Hipoplastis adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: kerdil atau tumbuh
terhambat, klorosis, etiolasi. Gejala hiperplastis ini disebabkan karena adanya
pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastis
terbagi sebagai berikut: menggulung atau mengeriting, rontok, perubahan warna.
Penyebab penyakit terbagi menjadi dua macam yaitu
yang berasal dari faktor abiotik (noninfeksius) dan faktor biotik (infeksius).
Namun penyebab penyakit yang sering menyerang dan jumlahnya relatif tinggi
berasal dari faktor biotik. Penyebab penyakit ini meliputi cendawan, bakteri,
virus, dan tanaman tingkat tinggi. Setiap jenis penyebab penyakit ini, memiliki
gejala yang khas pada setiap tanaman yang diinfeksinya tergantung dari jenis
penyakitnya.
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:
Posting Komentar