Minggu, 26 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN











I.                   PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Gambaran gejala penyakit tumbuhan yang ditemui petanitanaman individual dapat menunjukkan gejala; perubahan warna, perubahan bentuk, kelayuan dan pertanaman dapat menunjukkan kelompok gejala yang membentuk gambaran penyakit atau symptom. Untuk mengenal gejala dan menggambarkannya dilakukan di lapangan dan laboratorium. Penyakit disebabkan oleh penyebab biotik dan abiotik. Penyebab penyakit abiotik disebut fisiopath, sedang penyebab penyakit yang biotic disebut pathogen. Infeksi yang dimulai di tempat masuknya pathogen disebut infeksi setempat, kemudian melalui plasmodesmata atau langsung secara perlahan-lahan menyebar ke sel-sel sekelilingnya. Gejala lokal tampat pada tempat masuknya pathogen sedang gejala sistemik tampak setelah pathogen menyebar melalui seluruh sistem inang dan infeksi menjadi sistemik. Disamping gejala dikenal tanda (sign) penyakit yang menyertai gejala. Tanda penyakit yang disebabkan oleh jamur ialah miselium, spora, konidium, sklerotium atau badan buah; sedang yang disebabkan oleh bakteri terdapatnya lender bakteri, dan yang disebabkan oleh virus atau mikoplasma adalah berupa partikel virus dan badan mikoplasma yang pleomorfik di dalam jaringan atau sel yang sakit. Gejala morphologi penyakit tumbuhan dibedakan atas tiga pokok yaitu yaitu; nekrosis (matinya sel, jaringan atau seluruh organ), hipoplasia (terjadinya hambatan pertumbuhan -underdevelopment) dan hiperplasia (terjadinya pertumbuhan yang luar biasa - overdevelopment)(Setiadi, 2000).
Gambaran mengatahui bagaimana ciri-ciri gejala penyakit tumbuhan berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.Penyebabnya berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut (Pracaya, 2003).
            Manfaat mempelajari penyakit tumbuhan adalah pengetahuan tentang berbagai jenis penyakit pada tanaman perkebunan mutlak diperlukan agar tanaman perkebunan disekitar kita dapat meningkatkan hasil produksi dan penyakit-penyakitnya dapat dikendalikan.
1.2       Tujan Praktikum
a.         Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b.         Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri dan virus.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1              Penyakit Tumbuhan dan Konsep Timbulnya Penyakit
Penyakit tumbuhan dan konsep timbulnya penyakit yaitu penyakit tanaman adalahgangguanpada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan jamur.Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga. Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan sakit. Penyakit lokal adalah penyakit yang hanya tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya.Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan.Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen.Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989).Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979). Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk patogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, patogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang (Agrios, 1996).
Konsep timbulnya penyakit diawali dengan menunjuk patogen sebagai penyebab penyakit utama, yang selanjutnya diketahui pada berbagai macam buku teks mengenai konsep timbulnya penyakit umumnya dianut tiga segitiga penyakit.Komponen tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan dan berkembang menjadi segi empat penyakit.Beberepa factor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbulnya suatu penyakit menjadi lebih berkembang. Bahwa dalam berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease triangle) seperti antara lain dikemukan oleh blanchard dan tattar (1981). Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap patogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit (Agrios, 1996).
2.2              Gejala Penyakit Tumbuhan
Gejala penyakit tumbuhan adalah mempelajari ilmu penyakit tumbuhan sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit.Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik. Pada umumnya tanaman yang sakit akan menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab penyakitnya. Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.TipeNekrotis :Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel, TipeHypoplastis :Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment), Tipe Hyperplastis :Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment) (Gardner, 1991).

2.3              Penggolongan Penyakit Tumbuhan
Penggolongan penyakit tumbuhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu yang disebabkan oleh factor abiotik dan factor biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit tanaman noninfeksius atau tidak dapat ditularkan antar tanaman satu dengan yang lain. Oleh sebab itu penyakit abiotik juga disebut sebagai penyakit noninfeksius. Agen penyebab penyakit abiotik juga dibagi menjadi beberapa kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :a.Suhu tinggi; b. Suhu rendah; c. Kadar oksigen yang tak sesuai; d. Kelembaban udara yang tak sesuai; e. Keracunan mineral; f. Kekurangan mineral; g. Senyawa kimia alamiah beracun; h. Senyawa kimia pestisida; i. Polutan udara beracun; j. Hujan es dan angin. Penyakit biotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh suatu organisme infeksius bukan binatang sehingga dapat ditularkan dari satu tanaman ke tanaman yang lainnya. Agen-agen biotic atau patogen-patogen tanaman meliputi organisme-organisme sebagai berikut : a. Jamur (Fungi), Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generative; b. Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis) ;c. Virus, Ilmu tentang virus disebut virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang terdiri dari satu atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks (coat protein atau kapsid) ; d. Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energy (Salisbury, 1992).

III.             BAHAN DAN METODE
3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi pengenalan gejala penyakit tumbuhan. Dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 april 2016 pukul 15.00-Selesai WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
3.2       Alatdan Bahan
Alat yang digunakan adalah mikroskop,loupe, objek glass, cover glass, jarum pentul dan silet.Sedangkan bahan yang digunakan adalah bagian tanaman yang bergejala, alkohol, aquadest, kapas, kertas tissue.
3.3       Cara Kerja
Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi pengenalan gejala penyakit tumbuhan tahap kegiatan adalah :
a.         Mengamati gejala penyakit kemudian menggambarkannya, dengan ciri-ciri atau penampakan fisiologis dari gejala tersebut.
b.         Mengamati secara mikroskopis disebabkan penyakit berdasarkan tanda yang tampak dan menggambarkan serta bagian-bagiannya.
c.         Membuat herbarium dengan berdasarkan gejala spesifik dari penyakit tumbuhan.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1              Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan gejala penyakit tumbuhan
No
Nama/bagian tanaman yang diamati
Gejala yang diamati
Tipe gejala
Nama penyakit
Penyebab penyakit
1
Kudis pada Ubi Jalar(Ipomoea batatas).
-Busuk kering
-Spora berwarna kuning
-Buah mengkerut
Hiperplastis
Kudis (SCAB)
Elsinoe batatas
2
Cabe busuk kering(Capsicum annum).
-Bintik-bintik hitam pada buah
-Bercak hitam yang besar
-Tampak busuk kering
Nekrotis
Busuk kering
Colletotrichum capsici
3
Busuk basah pada wortel(Daucus carota).
Busuk basah berair dan berbau
Nekrotis
Busuk basah
Erwinia carotavora
4
Kerdil pada jagung(Zea mays).
Kerdil, daun menguning, diameter batang kecil, bercak pada daun.
Hipoplastis
Hambatan pada tubuhan (kerdil)
Mazie dwarf mosaic virus
5
Bercak pada daun mangga (Mangifera indica).
Bercak-bercak coklat
Nekrotis
Nekrotis (spot)
Capmodium mangiferum
6
Kudis pada daun jambu (Syzygum malaceense).
Kudis bercak-bercak menonjol
Nekrotis
Kudis
Cephaleueos virescents
7
Menggulung dan megkriting pada pepaya(Carica papaya).
Keriting, menggulung, menguning
Hiperplastis
Mengeriting
Virus pepaya ringspot
8
Puru pada sawo(Achras zapota).
Tonjolan-tonjolan pada batang sawo
Hiperplastis
Puru
Agrobacterium tumefacient




 

4.2              Pembahasan
4.2.1        Kudis Pada Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Gambar 4. Kudis pada ubi jalar                      Gambar 5. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Siklus hihupnya dengan pembiakan sel dengan cara pembelahan ini kecepatannya ditentukan oleh waktu generasi cepat, lambat, lambat sekali. Misal: bakteri E.Coli paling cepat 15-20 menit. Waktu generasi untuk setiap spesies bakteri tidak sama.Pada umumnya perkembangan bakteri melalui/dalam bentuk spora. Endospora dibentuk pada beberapa spesies dan pada eubakteries. Berbeda dengan jamur yang dibentuk di luar sel, disebut dengan eksospora.Pada ubi jalar yang diamati terdapat lubang-lubang kecil dan bercak kasar dan pecah.
Tipe gejala ini termasuk pada hiperplastis dengan nama penyakit kudis (scab) yang disebabkan oleh bakteri. Adapun cara pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit dan menanam ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis.
Pengendalian kudis pada ubi jalar dapat dilakukan dengan cara menanam varietas tanaman ubi jalar yang tahan terhadap penyakit, melakukan pergiliran tanaman dan melakukan perbanyakan bibit, menanam ubi jalar dengan stek yang terbebas dari penyakit, serta memotong tanaman yang sakit dan membakarnya.
4.2.2        CabeBusuk Kering (Capsicum annum)
Gambar 6. Cabe Busuk Kering                       Gambar 7. Mikroskopis
(Sumber: Dokumentasi pribadi)                      (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Daur hidup :Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah – buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa – sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka.Morfologi cabe busuk yaitu cabe berwarna coklat atau kehitaman pada bagian yang busuk dan gejala serangan yang terjadi pada Cabe berupa busuk kering.
Gejala tersebut tergolong dalam tipe Nekrosis. Penyakit ini bernama busuk kering yang disebabkan oleh Cendawan. Cara pengendalian penyakit cendawan yaitu :Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan. Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar buah yang terserang.Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.Pengendalian tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
Pengendalian penyakit busuk kering pada cabe yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici adalah 1) dengan melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati; Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam; 2) Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat; Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi; 3) Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya; 4) Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar. 5) Dengan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
4.2.3    Busuk Basah Pada Wortel (Daucus carota).
Hasil gambar untuk gambar bakteri erwinia carotovora
Gambar 8.busuk basah pada wartel                Gambar 9. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)
Daur hidup bakteri Erwinia carotovora adalah sebagai berikut: Pada saat tanaman terluka, nematoda dan hewan lainnya dapat masuk melalui lubang alami dan membawa bakteri Erwinia carotovora tersebut ke dalam jaringan yang terluka kemudian berkembang dalam ruang antar sel serta menghasilkan enzim pektolitik yang dapat mencerna jaringan tanaman inang. Akibatnya tanaman inang akan mengalami penurunan dan lama – kelamaan akan mengalami pembusukan. Morfologi wortel busuk yaitu Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadipembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Gejala serangan yang terjadi pada wortel busuk berupa busuk basah. Mempunyai ciri-ciri berbau busuk, berwarna coklat atau kehitaman pada bagian yang busuk, dan aroma yang tidak sedap. Gejala tersebut tergolong dalam tipe Nekrosis. Peyakit ini disebabkan oleh Erwinia carotavora.Cara pengendalian penyakit Erwinia carotavora yaitu:Sanitasi, menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman.Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembabanyang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindariterjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu menyerang.Pengendalian pasca panen dilakukan dengan mencuci tanaman dengan air yang mengandung chlorin dan mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan.Berdasarkan hasil pengamatan pada penyakit kerdil pada jagung (Ptyvirus), gejala yang tampak pada tanaman jagung adalah pada daun jagung yang  terkena virus terdapat garis kuning muda putus-putus di seluruh permukaannya, batang menguning dan kecil diametenya, pertumbuhan yang terserang virus terhambat (kerdil) dan apabila tanaman jagung sampai berbuah, tongkol jagungnya berukuran kecil. Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala hipoplastis yang disebabkan oleh Potyvirus. Menurut Pulungan (2012), gejala pada kerdi tanaman jagung merupakan penyakit virus mosaik kerdil jagung (Maize Dwarf Mosaic Virus = MDMV) gejala jelas tampak pada daun muda, terutama pada daun yang baru membuka sebagian, berupa mosaik atau adanya warna-warna hijau muda dan tua. Warna hijau muda atau kekuning-kuningan biasanya memanjang sejajar dengan tulang daun. Tanaman terinfeksi sedikit mengalami hambatan pertumbuhan (stunting) dan ukuran tongkol serta jumlah biji berkurang. Gejala yang semula jelas pada daun muda, dapat menjadi tidak jelas setelah daun menjadi lebih tua terutama pada suhu tinggi. Gejala dapat mulai tampak pada umur tanaman 15 hari setelah berkecambah.Morfologi dari virus potyvirus berupa partikel virus penyebab penyakit mosaik kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang berukuran 12-15 x 750 cm, Daur hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat rendah 0,05%.Pengendalian penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.
Pengendalian yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya.
4.2.4    Kerdil Pada Tanaman Jagung (Zea mays).
jagung mikro.jpg
Gambar 10. Kerdil pada tanaman jagung       Gambar 11. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)                  
Daur hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat rendah 0,05%. pada tanaman jagung yang diamati terlihat bahwa daun berwarna kuning pada bagian-bagian tertentu, dan terdapat bercak pada alur-alurnya.
Tipe gejala ini termasuk pada hipoplasia dengan nama penyakit mozaik. Sedangkan pada batang ukurannya lebih kecil dari tanaman jagung normal lainnya. Adapun nama penyakit ini disebut kerdil (otropi) yang disebabkan oleh virus tungro. Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang, mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama, tidak menggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
Pengendalian penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.
4.2.5    Bercak pada daun mangga (Mangifera indica).
Gambar 12. Bercak pada daun mangga          Gambar 13. Mikroskopis 
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)
Daur hidup dari bakteri Xanthomonas camperis adalah sebagai patogen penyebab penyakit blight pada daun mangga merupakan parasit obligatmerupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan.
Gejala pada daun mangga yang diamati adalah bercak dengan warna coklat hingga kehitaman dengan batas warna yang jelas. Tipe gejala ini termasuk pada nekrosis dengan nama penyakit blight yang disebabkan oleh virus. Pengendalian penyakit blight yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas camperis, adalah 1) Masa pratanaman, dengan sanitasi tanaman inang dan pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras; 2) Persemaian, dengan penggunaan benih sehat, sanitasi inang pada saluran irigasi, dan hindari penggenangan terlalu dalam; 3) Tanaman muda, dengan pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat, Sanitasi rerumputan sumber pathogen, pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, dan  terutama pada daerah endemik serangan penyakit; 4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.
Pengendalian bercak pada daun mangga dapat dilakukan dengan cara pengumpulan daun-daun sakit yang telah gugur kemudian dibakar dan penggunaan fungisida.
4.2.6    Kudis Pada Daun Jambu Agung(Syzygum malaceense).
Gambar 14. Kudis pada daun jambu              Gambar 15. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)
Siklus hidupnya lalat kecil berwarna hitam, panjang tubuhnya sekitar 3 mm, mempunyai gerakan yang lincah dan refleksi kuat. berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi, mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir. Warna telur kuning muda, berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah, dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari, yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari dan virus woody gell  berbentuk bulat berukuran 20 nm, namun sering ditemukan berukuran 20 x 30 mm. Strain dari virus ini telah diketahui dari perbedaan spesies inangnya. Daur hidup dari Procontarinia matteiana penyebab bintil daun jambu agung adalah pada kondisi daun-daun kering dengan berbagai tumpukan-tumpukan seresah daun yang terserang, sedangkan virus woody gell hidup pada bintil yang dibawa oleh latat  Procontarinia matteiana kemudian akan terus menyerang ke jaringan tumbuhan khususnya pada bagian tulang-tulang daun.
Morfologi daun jambu agung yaituterdapat bercak-bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang agak pecah-pecah. Dibagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel daun. Kadang-kadang berombak dan bentuknya seperti krupuk, sehingga gejala ini disebut juga kerupuk.Gejala serangan yang terjadi pada daun jambu agung  berupa bintil-bintil pada daun. Gejala tersebut tergolong dalam tipe Hiperplasia. Peyakit ini disebut Kudis yang disebabkan oleh virus.Cara pengendalian penyakit kudis yaitu:Penanaman varietas tahan, Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan, Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu.
Pengendalian penyakit bintil daun jambu agung yang disebabkan oleh Procontarinia matteiana  dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: a). Pucuk tanaman yang sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur mati; b). Tanaman disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun, misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC dan dapat menggunakan insektisida sistemik yaitu teknik 10G, Curater 3G, dan furadan 3G. Insektisida ini dimasukkan ke dalam tanah di dekat akar agar bisa dihisap akar untuk diedarkan ke daun. Jika larva menghisap cairan daun, tentu akan mati keracunan; c). Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu; d). Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi
Hasil gambar untuk gambar virus papaya ringspot4.2.7    Menggulung dan Megkriting Pada Pepaya (Carica papaya).
\
Gambar 16. Daun pepaya keriting                  Gambar 17. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)
Siklus hidup Cendawan Cladosporium cladosporioides. Morfologi dari cendawan Cladosporium cladosporioides termasuk ke dalam organisme heterotrofik dan stermasuk eukariota multiseluler, memperoleh nutrisi dari senyawa organik yang terdapat pada daun papaya.
Gejala yang tampak pada daun pepaya terlihat keriting atau menggulung dan kerdil. Gejala ini merupakan salah satu gejala hiperplastis jenis mengeriting yang disebabkan oleh virus. Beberapa upaya penanganan virus ini dapat dilakukan dengan membersihkan gulma yang berpotensi menjadi inang virus, mengendalikan hama/serangga penular virus, dan membuang atau membakar daun pepaya yang terserang virus.
Pengendalian penyakit keriting pada daun papaya yang disebabkan oleh cendawan Clasdosporium clasdosporioides adalah 1) eradikasi, dengan pemusnahan inang, memperbaiki kondisi tumbuh tanaman: 2) Proteksi, dengan penyemprotan fungisida; 3) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman kemudian membakar (sisa tanaman) yang terinfeksi disekitarnya.
4.2.8        Hasil gambar untuk gambar bakteri escherichia coliPuru Pada Sawo (Achras zapota).
Gambar 18. Puru pada batang sawo               Gambar : 19. Mikroskopis
(Sumber : Dokumentasi pribadi)                     (Sumber : Google)
Siklus hidup Agrobacterium adalah suatu margabakteriGram-negatif yang masih memiliki hubungan dengan bakteri-bakteri bintil akar. Marga ini diperkenalkan oleh H. J. Conn dan diketahui dapat menimbulkan tumor pada jaringan tumbuhan dengan cara transfer gen hirozontal. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0.6-1.0 µm sampai 1.5-3.0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1-6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri tak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25-28◦C.
Morfologi puru sawo yaitu terdapat bengkak menonjol pada bagian tanaman yang terdapat parasit dan terdapat bengkak menonjol pada bagian tanaman yang terdapat parasit.Gejala serangan yang terjadi pada batang sawo  berupa batang membengkak. Gejala tersebut tergolong dalam tipe Hiperplasia. Peyakit ini disebut Puru sawo yang disebabkan oleh Agrobacterium.Cara pengendaliannya:Ada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Berkas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum.Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi.Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium, atau necator.
Pengendalian penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%.


V.                PENUTUP
5.1              Kesimpulan
Gejala nekrotis terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Gejala Nekrotis dibagi kedalam beberapa gejala seperti: nekrosis, hidrosis, klorosis, layu, gosong, mati ujung, busuk, rebah semai jamur. Gejala Hipoplastis adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi berikut: kerdil atau tumbuh terhambat, klorosis, etiolasi. Gejala hiperplastis ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastis terbagi sebagai berikut: menggulung atau mengeriting, rontok, perubahan warna.
Penyebab penyakit terbagi menjadi dua macam yaitu yang berasal dari faktor abiotik (noninfeksius) dan faktor biotik (infeksius). Namun penyebab penyakit yang sering menyerang dan jumlahnya relatif tinggi berasal dari faktor biotik. Penyebab penyakit ini meliputi cendawan, bakteri, virus, dan tanaman tingkat tinggi. Setiap jenis penyebab penyakit ini, memiliki gejala yang khas pada setiap tanaman yang diinfeksinya tergantung dari jenis penyakitnya.
5.2       Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan diadakannya praktikum ini adalah agar lebih mendalami materi dan membuat pengikut praktikum mengerti dan paham pada melihat gejala dan tanda serta cara penyebaran dan siklus patogen yang menyerang tanaman, agar dapat ilmu untuk melakukan pengendalian secara tepat agar tanaman dapat bertahan dari serangan dan tidak merusak keberlanjutan ekosistem lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA


LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar